Sabtu, 25 Februari 2012

badak bercula 1

Badak jawa atau javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) adalah binatang terbesar di Jawa. Beratnya bisa mencapai 1,5 ton, berkulit pucat. Badak Jawa pernah tersebar di hampir seluruh wilayah gunung di Jawa Barat, seperti gunung Gede-Pangrango, Gunung salak, Gn. Tangkuban Perahu dan gunun Ciremei.

Nama sebutan Badak Jawa agaknya kurang tepat karena distribusi alaminya, sejauh yang bisa dipastikan, pernah mencapai kawasan Sungai Brahmaputra di Bangladesh sampai Vietnam serta ke sebelah barat daya Cina, dan deskripsi badak pertama berasal dari spesimen yang ditemukan di Sumatera. Distribusi aslinya secara menyeluruh tidak akan pernah dapat diketahui, karena pada suatu waktu yang berbeda dan pada suatu tempat yang berbeda badak Jawa ini pernah dikacaukan dengan badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis dan badak India/bercula satu Rhinoceros unicornis.

Dulu badak ini hanya dikenal dan bagian selatan Jawa Barat dan dari Gn. Slamet di Jawa Tengah, meskipun fosil yang masih ada ditemukan di sebelah utara Yogyakarta. Ketika Junghuhn mendaki Gn. Pangrango pada tahun 1839 (pendakian pertama yang tercatat dilakukan oleh orang Eropa) ia mengejutkan dua badak Jawa di dekat puncak gunung, seekor sedang berendam di suatu sungai kecil dan yang lain sedang merumput di pinggir sungai (Junghuhn 1854). Beberapa jalan setapak di beberapa gunung mengikuti bekas jejak badak, dan jalur-jalur di gunung-gunung yang ada dijawa mungkin merupakan sisa terakhir dari kehadiran binatang besar ini.

Dua belas ekor badak Jawa terakhir yang terdapat di Sumatera telah ditembak oleh pemburu-pemburu Belanda antara tahun 1925-1930, dan setelah itu seekor lagi ditembak di Karangnunggal (Tasikmalaya) pada tahun 1934.

Sampai akhir abad ke-19 penduduk kota Bandung masih bisa menyaksikan adanya badak jawa, mereka menyebutnya badak priangan. Tidak mengherankan bila di Bandung ada daerah yang bernama Rancabadak. Namun pada tahun 1895 seorang pemburu Belanda menembak mati badak jawa tidak jauh dari kota Bandung, itulah badak jawa terakhir di kota Bandung.

Orang percaya bahwa sisa populasi badak Jawa sekarang hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon, tempat keberadaannya pertama dilaporkan pada tahun 1861. Meskipun demikian, pada tahun 1989, sepuluh ekor badak jawa ditemukan bertahan hidup di sepanjang sungai Dong Nai di bagian selatan Vietnam.

Badak Jawa adalah pemakan tunas dan rerumputan. Badak memakan daun-daun muda, tunas-tunas dan ranting-ranting yang tumbuh di permukaan tanah. Jika makanan ini tidak dapat dijangkau karena terlalu tinggi, maka badak akan berusaha mematahkan batangnya dengan cara menabrakkan dirinya pada batang tersebut, atau dengan cara menghancurkan batang dengan giginya.

Ada lebih dari 150 jenis tumbuhan yang diidentifikasi sebagai makanan badak, dan kemungkinan besar semua jenis tumbuhan tersebut yang dapat dicapai dan ukurannya sesuai akan dimakan. Badak memakan makanannya di berbagai tipe vegetasi, meskipun kebanyakan dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlindung, misalnya, di antara pepohonan yang roboh atau di padang semak-belukar tanpa pepohonan.



Badak jawa memiliki satu cula yang terletak di ujung hidungnya. Indra penciuman dan pendengarannya sangat tajam, tetapi badak jawa memiliki penglihatan yang kurang baik (rabun dekat). Badak Jawa melahirkan setiap 3-5 tahun sekali. Lama mengandung 16 bulan, umumnya melahirkan satu ekor anak saja dan dipelihara induknya hingga umur 2 tahun, setelah dewasa anak tersebut meninggalkan induknya. Usia badak jawa bisa mencapai hingga 50 tahun.

Keragaman makanan badak mungkin merupakan tanggapan terhadap kebutuhan untuk membatasi atau mencegah racun yang masuk, memaksimalkan kandungan mineral tertentu, serta menanggulangi kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh keragaman musim. Karena hampir semua catatan tanaman pangan berasal dari observasi tidak langsung, maka sangat relevan untuk memperhatikan bahwa kerusakan pada batang-batang pohon yang umum dilakukan oleh badak dapat juga disebabkan oleh banteng dan rusa.

Badak adalah salah satu mamalia purba yang masih hidup. Nenek moyang badak jawa Baluchitherium, telah hidup 50 juta tahun yang lalu, sejak jaman Erasia. Badak Jawa masih satu kerabat dengan kuda dan keledai, yakni hewan yang memiliki kuku ganjil.

Cula badak adalah evolusi dari rambut badak yang bersatu dan mengeras. Sejak jaman dahulu manusia memburu badak hanya untuk mendapatkan culanya. Konon cula badak dijadikan ramuan obat-obatan atau jadi barang kerajinan seni berharga.
Ada 5 jenis badak yang ada di bumi yakni:
1. Badak afrika putih
2. Badak afrika hitam
3. Badak india
4. Badak sumatra
5. Badak jawa

Badak Sumatera memiliki dua buah cula yang bisa mencapai panjang 80cm di bagian depan dan 20 cm di bagian belakang. Tinggi badan 140 cm dan panjang mencapai 3 meter. Badak Sumatera dapat dijumpai di pulau Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) atau sering juga disebut badak kerbau. Badak ini (Dicerprhinus harrissoni) juga dapat ditemukan di kawasan hutan di Kalimantan timur.

Badak india (Rhinoceros unicornis) memiliki satu cula yang panjangnya mencapai 60 cm. Tinggi badan 170 cm, dan panjang 3,8 meter. Badak ini hidup di anak benua bagian selatan.

Badak afrika putih (Cerathotherium simum) adalah badak paling besar dengan tinggi badan 1,8 meter dan panjangnya bisa mencapai 5 meter, memiliki dua buah cula. Cula depan bisa mencapai 137 cm panjangnya dan cula kedua panjangnya bisa mencapai 60 cm.

Badak afrika hitam atau Dicerros bicornis tingginya bisa mencapai 1,6 meter dan panjangnya 4 meter. Memiliki dua buah cula yang panjuangnya bisa mencapai 70cm di depan dan 50 cm di belakang.

Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah jenis badak yang paling kecil dengan tinggi badan 140 cm, dan panjangnya 3 meter. Memiliki satu cula dengan panjang mencapai 30 cm.

bird of paradise

Burung Cendrawasih layak digelari sebagai Burung Surga (Bird of Paradise). Burung Cendrawasih yang merupakan burung khas Papua, terutama yang jantan, memiliki bulu-bulu yang indah layaknya bidadari yang turun dari surga (kayangan). Keindahan bulu Cendrawasih tiada duanya.

Burung Cendrawasih merupakan sekumpulan spesies burung yang dikelompokkan dalam famili Paradisaeidae. Burung yang hanya terdapat di Indonesia bagian timur, Papua Nugini, dan Australia timur ini terdiri atas 14 genus dan dan sekitar 43 spesies. 30-an spesies diantaranya bisa ditemukan di Indonesia.

Oleh masyarakat Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan bidadari dari surga. Dulunya burung ini dianggap sebagai burung cantik tetapi tidak berkaki. Mereka tidak akan turung ke tanah tetapi hanya berada di udara saja lantaran bulu-bulunya yang indah. Karena itu kemudian burung Cenderawasih terkenal sebagai Bird of Paradise atau Burung Surga (Kayangan). Dan beberapa jenis yang terkenal adalah dari genus Paradisaea yang penamaannya berasal dari kata Paradise.
Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana)

Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana)

Diskripsi dan Ciri Cendrawasih. Burung-burung Cendrawasih mempunyai ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantan. Umumnya bulunya berwarna cerah dengan kombinasi beberapa warna seperti hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.

Ukuran burung Cenderawasih beraneka ragam. Mulai dari yang berukuran 15 cm dengan berat 50 gram seperti pada jenis Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius), hingga yang berukuran sebesar 110 cm Cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Epimachus albertisi) atau yang beratnya mencapai 430 gram seperti pada Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung (Manucodia comrii).

Keindahan bulu Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk ‘merayu’ betina agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi di atas dahan, pejantan bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih tentunya punya tipe tarian tersendiri.

Burung Cendrawasih mempunyai habitat hutan lebat yang umumnya di daerah dataran rendah. Burung dari surga ini dapat dijumpai di beberapa pulau di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Papua. Selain itu juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australian Timur.
Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)

Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)

Jenis-jenis Burung Cendrawasih. Cenrawasih terdiri atas 13 genus yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis). Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies Cendrawasih terbanyak. Diduga sekitar 30-an jenis Cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis diantaranya tinggal di pulau Papua.

Beberapa jenis Cendrawasih yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah:
Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius)

Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius)

*
Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus); endemik Maluku.
*
Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti); Papua
*
Cendrawasih Kerah (Lophorina superba); Papua
*
Cendrawasih Paruh-sabit Kurikuri (Epimachus fastuosus); Papua.
*
Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica); endemik pulau Waigeo, Raja Ampat.
*
Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius); Papua dan pulau sekitar.
*
Cendrawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
*
Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii); endemik Maluku.
*
Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca); Papua.
*
Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
*
Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
*
Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
*
Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra); endemik pulau Waigeo, Indonesia.
*
Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus); Indonesia, Papua Nugini, dan Australia.
*
Manukodia Mengkilap (Manucodia ater); Indonesia dan Papua Nugini.
*
Paradigala Ekor-panjang (Paradigalla carunculata); Papua.
*
Astrapia Arfak (Astrapia nigra); endemik Papua, Indonesia.
*
Parotia Arfak (Parotia sefilata); endemik Papua, Indonesia.
*
Pale-billed Sicklebill (Drepanornis bruijnii); Indonesia dan Papua Nugini.

Burung Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca) ditetapkan menjadi Fauna Identitas provinsi Papua. Dan beberapa jenis seperti Cendrawasih Raja, Cendrawasih Botak, Cendrawasih Merah, Toowa, dan Cendrawasih Kuning Kecil, telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999.
Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor)

Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor)

Sayangnya populasi burung Cendrawasih semakin hari semakin terancam dan langka akibat perburuan dan perdagangan liar yang terus berlangsung.

Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Passeriformes; Famili: Paradisaeidae; Genus: Lycocorax, Pteridophora, Lophorina, Epimachus, Cicinnurus, Semioptera, Seleucidis, Paradisaea, Ptiloris, Manucodia, Paradigalla, Astrapia, Drepanornis, dan Parotia. Spesies: lihat artikel.

Referensi dan gambar:

*
www.iucnredlist.org
*
www.burung.org/detail_txt.php?op=news&id=179
*
commons.wikimedia.org (gambar)

pulau komodo

Banyak hal yang dapat Anda lihat dan lakukan di sini. Sebuah pengalaman menakjubkan bila Anda melihat komodo dari jarak dekat di habitat aslinya tentunya bersama pemandu. Di Pulau Rinca, Anda dapat melihat komodo berbaring di luar rumah penjaga taman nasional atau berbaring dekat rumah petugas. Sebelumnya, untuk bisa melihat komodo, Anda harus memberikan kambing sehingga menarik perhatian komodo, namun hal tersebut sudah dilarang saat ini.

Jika Anda tidak sempat melihat komodo, maka Pulau Rinca dan Komodo memiliki pemandangan yang indah dengan pantai berpasir putih, hutan mangrove, padang rumput savanna, dan pantai biru yang jernih.

Di sini juga Anda dapat melakukan kegitan lain seperti diving dan snorkeling. Anda juga dapat melaut dengan menggunakan kapal layar atau perahu nelayan. Beberapa tempat menyelam yang disarankan adalah Pantai Merah, Batu Bolong, dan Pulau Tatawa.

Di Pantai Merah Anda akan menikmati pantai indah yang berpasir merah muda. Saat ombak menyapu maka warna pasir berubah manjadi merah muda. Pantai yang seperti ini diperkirakan hanya ada 7 di dunia. Terumbu karang di bawah lautnya sangat menakjubkan karena dihuni beragam ikan hias yang berwarna warni seperti bat fish, butterfly fish, dan clown fish. Jumlahnya diperkirakan mencapai 1000 species ikan, 260 species terumbu karang, dan 70 species sponge. Bagaimana, tertarik?

Saat Anda berada di perahu jangan heran bila disambut oleh lumba-lumba, bahkan bila beruntung Anda dapat melihat penyu hijau ataupun paus berenang di perairan ini.

Jika Anda ingin melihat ribuan kelelawar maka Anda dapat menginap di perahu motor di perairan Pulau Kalong dekat Pulau Rinca.

Berikut ini keterangan tentang alam di Taman Nasional komodo.

Terrestrial Fauna

Hewan yang Hidup di Darat
Di Pulau ini hewan yang hidup di darat jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan hewan lautnya. Akan tetapi, meski di darat dihuni sedikit jenis hewan namun merupakan habitat untuk hewan unik komodo. Banyak juga terdapat hewan mamalia khas seperti, rusa, babi, beruk, dan musang. Beberapa hewan reptil dan burung memiliki kemiripan seperti yang terdapat di Australia. Termasuk scrubfowl berkaki jingga, lesser sulpher-crested cockatoo, dan nosy friarbird.

Hewan reptil selain komodo adalah 12 spesies ular yang hidup daratan pulau ini. Termasuk cobra (Naja naja sputatrix), Russel’s pit viper (Vipera russeli), dan ular pohon hijau yang berbisa (Trimeresurus albolabris). Kadal termasuk 9 spesies skink (Scinidae), tokek (Gekkonidae), kadal tak bertungkai (Dibamidae), dan biawak (Varanidae). Jenis katak seperti bullfrog Asia (Kaloula baleata), Oreophyne jeffersoniana, dan Oreophyne darewskyi. Mereka biasanya dapat ditemukan di dataran tinggi yang lembab.

Hewan mamalia meliputi rusa timor (Cervus timorensis), mangsa utama komodo, kuda (Equua sp.), kerbau (Bubalus bubalis), babi jantan hutan (Sus scrofa vittatus), beruk ekor panjang (Macaca fascicularis), musang palem (Paradoxurus hermaphrodites lehmanni), tikus yang hanya terdapat di Pulau Rinca (Rattus rintjanus), dan kelelawar buah. Anda juga dapat menemukan kambing, anjing, dan kucing.

Burung adalah salah satu spesies utama di sini. Ada scrubfowl berkaki jingga (Megapodius reinwardti), burung yang hidup di darat. Di kawasan padang rumput savanna terdapat 27 spesies yang dapat Anda amati. Geopelia striata dan Streptopelia chinensis adalah spesies yang paling banyak ditemui. Ada juga 28 spesies burung, Philemon buceroides, Ducula aenea, dan Zosterops chloris yang paling sering ditemui.

Lingkungan Fisik Laut
Wilayah laut membentuk 67% taman nasional. Perairan terbuka di taman nasional memiliki kedalaman 100 dan 200 m. Selat Rinca dan Flores serta Padar dan Rinca, relatif dangkal sedalam 30 sampai 70 m, dengan arus yang besar. Kombinasi dari arus yang deras, batu karang, dan pulau-pulau kecil membuat pulau-pulau di sekitar Pulau Komodo sulit dijangkau dan berbahaya. Pelabuhan dalam yang aman terdapat di teluk Loh Liang di pantai timur Pulau Komodo, pantai tenggara Padar, dan teluk Loh Kima dan Loh Dasami di Rinca.

Di bagian utara taman nasional, suhu airnya berkisar antara 25-29ºC. Di bagian tengah, suhu air berkisar antara 24 dan 28ºC. Suhu airnya lebih rendah di bagian selatan, berkisar antara 22-28ºC dengan tingkat keasinan sekitar 34 ppt dan airnya cukup jernih meskipun air yang dekat dengan pulau sedikit keruh.

Ekosistem Laut
Indonesia merupakan satu-satunya wilayah yang dilewati garis khatulistiwa di dunia dimana terdapat pertukaran flora dan fauna laut antara samudra pasifik dan Hindia. Koridor di Nusa Tenggara (dahulunya pulau Sunda Leusser) antara Sunda dan Sahul menunda perpindahan antara samudra Pasifik dan Hindia. 3 ekosistem utama di Taman Nasional Komodo adalah bentangan laut, batu karang, dan hutan hutan mangrove (bakau). Taman nansional ini adalah jalur perpindahan cetacean.

Tumbuhan Laut
Tiga flora utama di lautnya adalah alga, rumput laut, dan pohon bakau. Alga adalah tumbuhan primitif yang tidak memiliki akar, daun, dan batang. Susunan karang alga yang penting adalah alga merah coralline yang mengeluarkan kerangka batu gamping yang keras yang dapat mengerak dan melekatkan karang yang sudah mati. Lamun atau Seagrass adalah tumbuhan modern yang menghasilkan bunga, buah-buhan, dan biji-bijian untuk reproduksi. Seperti namanya, bentuk lamun seperti sehelai besar rumput yang tumbuh di bawah laut di pasir dekat tepi laut.

Thallasia sp. dan Zastera spp. adalah spesies yang paling banyak ditemui di taman nasional. Pohon bakau dapat hidup di tanah yang asin atau air dan dapat ditemukan di seluruh taman nasional. Didentifikasi setidaknya 19 spesies bakau asli dan beberapa spesies bakau yang lain yang berada di perbatasan taman nasional.

Hewan Laut
Taman Nasional Komodo termasuk dalam salah satu alam laut terkaya di dunia. Kehidupan laut di taman nasional ini tercatat sebanyak 259 jenis karang dan 1.000 jenis ikan seperti barakuda, marlin, ekor kuning, kakap merah, baronang. Di sini Anda dapat temukan foram, cnidarian, termasuk lebih dari 260 spesies susunan terumbu karang, bunga karang sekitar 70 spesies, ascidian, cacing laut, moluska, echinoderm, udang-udangan, cartilaginous, dan ikan bertulang lebih dari 1.000 spesies, reptil laut, dan mamalia laut seperti lumba-lumba, paus, dan dugong. Beberapa spesies penting yang bernilai komersil adalah timun laut (Holothuria), Napoleon wrasse (Cheilinus undulates), dan ikan-ikan yang berkelompk seperti sarden.

flora langka di indonesia

Indonesia diklaim sebagai negara dengan keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan nomor 2 di dunia.Kita tentu bangga bahwa ternyata negara kita menyimpan kekayaan tanaman dan tumbuhan yang tak ternilai. Demikian juga dengan jenis-jenis bunga yang ada di Indonesia. Tentu banyak jenis bunga yang hanya tumbuh di Indonesia dan tidak dijumpai di negara lain.

Namun dibalik semua itu rupanya kita menyimpan keprihatinan bahwa diantara keanekaragaman jenis tumbuhan terutama bunga-bungaan yang kita miliki tersebut, beberapa diantaranya sudah masuk dalam kriteria langka atau nyaris punah. Hal ini disebabkan karena adanya kasus pembalakan hutan secara serampangan, ilegal logging, jual beli tanaman langka, pembakaran hutan dan sebagainya yang bisa berakibat fatal yaitu kepunahan.

Berikut florabiz akan menampilkan nama beberapa/sebagian dari bunga yang langka di Indonesia :

Quote:
Quote:

Bunga cendana
Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad. Konon di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.

Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.

Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Kayu yang berasal dari daerah Mysoram di India selatan biasanya dianggap yang paling bagus kualitasnya. Di Indonesia, kayu cendana dari Timor juga sangat dihargai. Sebagai gantinya sejumlah pakar aromaterapi dan parfum menggunakan kayu cendana jenggi (Santalum spicatum). Kedua jenis kayu ini berbeda konsentrasi bahan kimia yang dikandungnya, dan oleh karena itu kadar harumnya pun berbeda.
Quote:
Quote:

Rafflesia arnoldii

Bunga bangkai dengan nama latin Rafflesia arnoldii ini ditemukan oleh rombongan Sir Stamfort (gubernur East Indi Company di Sumatera dan Jawa) dan Dr. Joseph Arnord, seorang naturalis yang mengadakan ekspedisi di Bengkulu pada tanggal 20 Mei 1818. Kedua nama tersebut diabadikan menjadi nama latin bungan ini oleh Robert Brown. Rafflesia arnoldii ini disebut juga sebagai bunga padma raksasa dan puspa langka.

Padma raksasa (Rafflesia arnoldii) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma.
Quote:
Quote:

Amorphophallus titanum
Selain Rafflesia arnoldii ada juga bunga bangkai yang lain yang tak kalah “cantik” dan besar. Yaitu bunga bangkai Amorphophallus titanum. Tanaman ini hanya ada di hutan hujan Sumatera, meskipun sekarang telah ditransplantasikan, dipanen, dan tumbuh di seluruh dunia.

Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.

Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri.
Quote:
Bunga Aggrek Langka

Ada banyak spesies anggrek di Indonesia yang sudah tergolong langka diantaranya :

Quote:

Paphiopedilum glaucophyllum
Bunga anggrek langka ini hanya dijumpai di daerah sekitar gunung semeru di daerah Jawa Timur.

Anggrek ini disebut juga dengan anggrek kasut berbulu. Bentuknya seperti kantung di bagian bawahnya dengan warna kelopak bunga sedikit merah muda.

Quote:
Quote:

Anggrek Coelogyne pandurata


Bunga anggrek langka ini disebut juga dengan bunga anggrek hitam. Penyebaran bunga anggrek langka yang dilindungi ini di sekitar Kalimantan Timur. Bunga anggrek hitam ini ternyata sudah terkenal sampai ke manca negara dengan sebutan black orchid.

Disebut dengan bunga Anggrek hitam karena memiliki lidah di dalam mahkota bunga yang berwarna hitam. Lidah atau labellum inilah yang menjadi ciri khas anggrek hitam.
Quote:
Quote:

Anggrek Pensil (Vanda Hookeriana)
Angger pensil (Vanda hookeriana) asal Sumatra adalah jenis anggrek yang langka. Anggrek yang banyak diminati para pencinta bunga itu hidup menumpang pada bunga bakung (Crinum asiaticum). Langkanya anggrek ini, dikarenakan habitat anggrek yang ada di Cagar Alam Dusun Besar (CADB), Bengkulu sudah rusak oleh tangan manusia. Kerusakan tersebut juga menyebabkan bunga bakung mati.

Untuk mencegah kepunahan anggrek pensil, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu telah mencoba mengembangbiakkan anggrek ini. Uji coba pengembangbiakan anggrek langka itu di Danau Dendam Tak Sudah (DDTS), Bengkulu. Pada Februari 2005 ditanam sebanyak 20 batang, dan April 2006 sebanyak 7 batang. Ternyata anggrek tersebut dapat tumbuh subur di DDTS.
Quote:
Quote:

Bunga Edelweis Anaphalis Javanica

Edelweis Anaphalis Javanica adalah tumbuhan gunung yang terkenal, tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan memiliki batang sebesar kaki manusia, tetapi tumbuhan yang cantik ini sekarang sangat langka.

Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus.

Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Gunung Gede-Pangrango. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat dihadap

Rabu, 22 Februari 2012

JANGKRIK DAN GANGSIR

Dua serangga ini serupa tapi tak sama, dari segi makanan mungkin sama tetapi kalau gangsir tidak tahan terhadap cabai dan sangat berbeda dengan saudaranya kalau sedikit makan cabai sih tidak jadi masalah. Bagi anak desa untuk membedakan gangsir dan jangkrik tidak mengalami kesusahan, tetapi saat ini mungkin justru mengalami kesulitan untuk menemukan habitat gangsir. Maklumlah habitat gangsir kebanyakan dapat ditemukan di kebun-kebun atau pekarangan rumah, sedangkan habitat jangkrik biasanya banyak di temui di areal persawahan. Apalagi saat ini banyak ditemukan sentra-sentra pengembangbiakan jangkrik sebagai komoditi untuk makanan burung.

Cara mendapatkannya

Habitat gangsir tidak jauh berbeda dengan habitatnya jangkrik (di semak rerumputan daerah yg teduh) hanya lobang sarangnya jauh kedalam tanah bisa sampai 60cm. Trik agar gangsir keluar lobang dengan menyiramkan air kedalam lubang sampai penuh (mulut lubang)... nanti si gangsir akan keluar dengan sendirinya. Nah segera tangkap bila sudah nongol dari lubangnya.

Ada hal unik dalam menagkap gangsir ini, jika anda ingin menangkap gangsir dengan jalan menggali sarang/lubangnya usahakan posisi berdiri anda atau teman anda jangan berada di arah atas lubang (bhs. Jawanya “ngendas-endasi”). Hal ini apabila anda lakukan pasti akan mengalami kesulitan untuk menemukan gangsir yang sembunyi di dalam lubangnya.

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Orthoptera
Upaordo: Ensifera
Superfamili: Grylloidea
Famili: Gryllidae

Kelas Insecta (serangga)
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.

Klsifikasi (penggolongan) Insecta (serangga)
Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
a)Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Kelompok Hemimetabola meliputi beberapa ordo, antara lain:

1). Achyptera atau Isoptera
Ciri-ciri ordo Archyptera:
- Metamorfosis tidak sempurna.
- Mempunyai satu pasang sayap yang hampir sama bentuknya.
- Kedua sayap tipis seperti jaringan.
- Tipe mulut menggigit.

Contoh: Reticulitermis flavipes (rayap atau anai-anai)

2). Orthoptera
Ciri-ciri ordo Orthoptera:
- Memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina. Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.
- Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya.
- Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur.
- Tipe mulutnya menggigit.

Contoh :
- Belalang (Dissostura sp)
- Belalang ranting (Bactrocoderma)
- Belalang sembah (Stagmomantis sp)
- Kecoak (Blatta orientalis)
- Gangsir tanah (Gryllotalpa sp)
- Jangkrik (Gryllus sp)

ANATOMI

adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh cengkerik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.


JANGKRIK


Anatomi gangsir sebetulnya mirip dengan jangkrik, hanya saja gangsir lebih tambun, terlihat lebih besar dan kuat disbanding dengan jangkring. Walaupun penulis pernah mengadu jangkrik dengan gangsir ternyata lebih ganas dan lincah jangkrik dibanding saudaranya.

Sayap jangkrik jantan dapat menghasilkan bunyi keras dan pendek-pendek krik..krik..krik.., sedangkan sayap gangsir menghasilkan bunyi yang panjang kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiuuuuuuuuuuuuuuuuuung, seperti bunyi anjing tanah atau orong-orong. Satu hal lagi suara gangsir terdengar lebih keras dan menggema karena gangsir selalu membuat lubang sebagai tempat tinggalnya. Dengan lubang tersebut akian membantu memperkeras bunyi yang keluar dari kedua sayapnya.

Entah mengapa belum ada orang tertarik untuk membudidayakan gangsir, kemungkinan karena gangsir tidak setahan jangkrik, sehingga cukup merepotkan untuk dibudidayakan. Sebagai peluang bisnis mungkin cocok untuk dicoba, karena dari sisi protein jelas gangsir tidak kalah dengan jangkrik. Apalagi dengan berat bedan yang lebih besar dibanding jangkrik tentu hanya membutuhkan jumlah relative lebih sedikit dibanding jangkrik jika anda ingin menjadikan gangsir sebagai salah satu asupan bagi peliharaan kesayangan anda atau sebagai umpan mancing. Gangsir ini sangat ampuh buat ikan lele, bawal (Pacu), hampala, gurame dll. terkadang ikan mas doyan juga.

NASIB MUSANG PANDAN (LUWAK)

Penulis saat ini memelihara Musang Pandan satu ekor, yang sebetulnya tidak ada rencana untuk memelihara karena lebih suka kalau dia bebas berkeliaran di alamnya. Penulis akhirnya memutuskan memelihara karena pertimbangan daripada Musangnya mati dibunuh lebih baik dipelihara dan siapa tahu bisa di breeding, kemudian di lepas liarkan. Musang yang penulis piara ini berasal dari tangkapan seorang temen yang merpatinya sering mati terpenggal kepalanya dan tentu saja tersangkanya si Musang, karena modusnya memang begitu.

Di beberapa daerah di Indonesia, hewan ini dikenal dengan beberapa nama seperti Musang (Betawi), Careuh (Sunda), dan Luwak atau Luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini disebut Common Palm Civet, Mentawai Palm Civet, Common Musang, House Musang atau Toddy Cat.

Dalam bahasa ilmiah Musang Pandan disebut Paradoxurus hermaphroditus. Nama ini berasal dari fakta bahwa Luwak memiliki semacam bau yang berasal dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan.

Musang saat ini walaupun belum punah, tetapi habitatnya sudah mulai sulit ditemukan, selain karena reputasinya yang jelek sebagai pencuri juga karena pembangunan yang tidak mendukung untuk tempat berkembangnya Musang. Terkadang namanya pun banyak disematkan pada peribahasa-peribahasa yang bermakna kurang baik.

Di perkotaan tempat yang bisa dipakai untuk bersarang Musang masih banyak di jumpai seperti di atas plafon rumah atau kantor, tetapi daerah untuk mencari sumber makanan yang agak sulit ditemukan oleh Musang, karena sedikitnya pohon buah-buahan yang boleh diambil gratis oleh Musang. Mungkin karena tidak tersedianya buah-buahan di pohon sebagai sumber makanannya, maka terpaksalah Musang makan kepala ayam, merpati peliharaan bahkan telur-telurnya. Inilah akhir dari sejarah petualangan si Musang karena diburu dan kemudian di bunuh tanpa ampun.

Padahal terdapat sisi baik dari Musang yang sering disebut Luwak kalau di Jawa (Paradoxurus hermaphrodites). Banyak yang mengenal Musang sebagai binatang yang pandai memilih biji kopi terbaik yang setelah dimakan dan dikeluarkan bersama tinjanya kemudian menjadi komoditas kopi pilihan yang sering disebut kopi luwak. Sebetulnya Musang tidak hanya memakan biji kopi saja, tetapi juga buah-buahan kecil yang lain seperti rambutan, alkautsar, sawo kecik dsb, yang kemudian biji dari buah-buahan tersebut akan tersebar dan dapat tumbuh menjadi pohon-pohon baru.

Nah kalau begitu Musang sangat berjasa membantu penghijauan, puji syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan makhluk dengan pencernaan yang sederhana sehingga biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya. Kebiasaan makan hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis sebagai pemencar biji yang baik.

Diskripsi, Ciri, dan Perilaku. Musang Pandan atau Common Palm Civet bertubuh sedang berukuran sekitar 50 cm dengan ekor panjang mencapai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh Luwak ditutupi bulu berwarna kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna kehitaman.

Sisi bagian atas berwarna abu-abu kecoklatan dengan variasi warna coklat merah tua. Muka kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.

Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang bersifat arboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah. Musang Pandan juga merupakan binatang nokturnal yang beraktifitas di malam hari.

Musang Pandan merupakan hewan omnivora. Makanan utamanya adalah buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga, pepaya, dan rambutan. Namun Luwak juga memakan telur, serangga, burung dan mamalia kecil.

Persebaran dan Konservasi. Musang Pandan atau Common Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus) tersebar luas mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, China, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.

Di Indonesia Musang Pandan tersebar secara alami mulai dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain itu juga telah diintoduksi ke Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.

Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan, dan di sekitar pemukiman manusia. Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus) dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 2.500 meter dpl.

Populasi dianggap masih banyak dan aman dari kepunahan. Karena itu, IUCN Redlist hanya memasukkannya dalam status konservasi Least Concern sejak 1996.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Viverridae; Genus: Paradoxurus; Spesies: Paradoxurus hermaphroditus.

Flora dan Fauna Jawa barat

Pohon Gandaria Identik Jawa barat
Gandaria merupakan nama pohon dan buah yang mempunyai nama latin (ilmiah) Bouea macrophylla. Pohon gandaria juga ditetapkan sebagai flora identitas dari provinsi Jawa Barat, mendampingi Macan tutul (Panthera pardus) yang ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Jawa Barat. Pohon gandaria (Bouea macrophylla) disebut juga sebagai ramania atau kundangan di beberapa daerah di Indonesia disebut dengan berbagai nama yang berbeda seperti gandaria (Jawa), jatake, gandaria (Sunda), remieu (Gayo), barania (Dayak ngaju), dandoriahwetes (Sulawesi Utara), Kalawasa, rapo-rapo kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis). Gandaria dimanfaatkan mulai dari buah, daun, hingga batangnya. Buah gandaria yang masih muda sering dikonsumsi sebagai rujak atau campuran sambal gandaria. Buah gandaria yang matang dapat dimakan langsung. Daun gandaria sering digunakan sebagai lalap. Sedangkan batang gandaria dapat dimanfaatkan sebagai papan dan bahan bangunan. (Minangkabau),
Ciri-ciri. Pohon gandaria (Bouea macrophylla) mempunyai tinggi hingga mencapai 27 meter. Pohon yang ditetapkan sebagai flora identitas Jawa Barat ini memiliki tajuk yang membulat, rimbun dengan untaian daunnya yang berjuntai. Pohon ini lambat pertumbuhannya. Daun gandaria berbentuk bundar telur memanjang sampai lanset atau jorong. Permukaan daun mengkilat dan mempunyai ujungnya yang runcing. Ukuran daunnya berkisar antara 11- 45 cm (panjang) dan 4 – 13 cm (lebar). Bunga gandaria muncul dari ketiak daun dan berbentuk malai. Bunga berwarna kekuningan yang kemudian berubah kecoklatan. Buah gandaria berbentuk agak bulat dengan diameter antara 2.5-5 cm. Buah gandaria yang masih muda berwarna hijau. Ketika mulai tua dan matang buah berwarna kuning hingga jingga. Buah gandaria memiliki daging buah yang mengeluarkan cairan kental. Buah ini memiliki bau khas yang menyengat dan memiliki rasa agak asam hingga manis. Untuk perbanyakan pohon gandaria (Bouea macrophylla) bisa melalui persemaian biji ataupun dengan cara mencangkok.
Habitat dan Persebaran. Tanaman gandaria (Bouea macrophylla) merupakan tumbuhan asli Indonesia yang juga terdapat di semenanjung Malaysia dan Thailand. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Maluku. Pohon gandaria tumbuh di daerah beriklim tropis yang basah. Secara alami, tumbuhan yang menjadi flora identitas provinsi Jawa barat ini tumbuh di daerah dataran rendah hingga pada ketinggian 300 meter dpl. Namun pada tanaman yang dibudidayakan, gandaria mampu tumbuh dengan baik hingga ketinggian 850 meter dpl.
Pemanfaatan. Gandaria dimanfaatkan mulai dari buah, daun, hingga batangnya. Buah gandaria yang masih muda banyak dimanfaatkan sebagai rujak atau sebagai campuran pada sambal gandaria yang banyak diminati di Jawa Barat (Sunda). Buah Gandaria yang masih muda dapat pula diramu menjadi rujak Kanistren yang dipergunakan dalam upacara Tebus Wetengan pada saat wanita sunda hamil 7 bulan. Selain dibuat asinan dan sirup buah gandaria yang sudah matang juga dapat dikonsumsi (dimakan) langsung. Daun gandaria yang masih muda sering kali dimanfaatkan sebagai lalap. Sedangkan batang pohon gandaria bisa digunakan sebagai papan dan bahan bangunan lainnya. Di samping manfaat dari buah, daun, dan batang (kayu) gandaria. Pohon ini juga cocok ditanam di halaman sebagai tanaman peneduh karena memiliki tajuk yang lebat. So, gak ada salahnya ikut berpartisipasi dalam program one man one tree sekaligus mensukseskan tahun 2010 sebagai Tahun internasional Biodiversity dengan menanam pohon gandaria.

Fauna Jawa barat

Macan tutul Fauna Idenitas Jawa barat
Macan Tutul (Panthera pardus) di-tetapkan sebagai identitas Fauna Jawa Barat menggantikan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) ber-dasarkan Keputusan Gubernur Ja-wa Barat Nomor 27 Tahun 2005 tanggal 20 Juni 2005.
MACAN TUTUL (Panthera pardus)
Nama Umum   : Macan Tutul, Macan Kumbang
Nama lain        : Javan Leopard, Panther.
Suku                : Felidae

Latar Belakang

Macan Tutul Fauna Identitas Provinsi Jawa Barat .Macan Tutul (Panthera pardus) di-tetapkan sebagai identitas Fauna Jawa Barat menggantikan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) ber-dasarkan Keputusan Gubernur Ja-wa Barat Nomor 27 Tahun 2005 tanggal 20 Juni 2005. Satwa ini dilindungi berdasarkan Undang-undang RI No.5 Tahun 1990 dan peraturan pemerintah RI No.7 Tahun 1999 sedangkan menurut kriteria CITES (Konvensi Internasional untuk perdagangan spesies terancam punah) pada tahun 2001 macan tutul termasuk Appendix I, berarti hewan ini termasuk kategori genting (Endangered) dengan resiko kepunahan sangat tinggi.
Pertelaan
Di Asia Tenggara Macan Tutul adalah karnivora terbesar kedua setelah harimau. Berat rata-rata Macan Tutul jantan adalah 55 kg, dan macan betina 30 kg. Hal yang menarik dari Macan Tutul adalah memiliki dua pola warna, ada yang berwarna kuning dengan bintik-bintik hitam dan ada yang berwarna hitam (orang sering me-nyebutnya Macan Kumbang atau Panther), yang jika diperhatikan diantara pekatnya warna rambut Macan Kumbang akan terlihat bintik-bintik, mirip sekali dengan Macan Tutul kuning.
Habitat dan Penyebaran
Secara global, Macan Tutul tersebar di banyak wilayah yang meliputi wilayah Asia dan Afrika. Besarnya sebaran Macan Tutul ini me-nimbulkan variasi genetis dan morfologis pada tiap sub spesiesnya. Pada saat ini di provinsi Jawa Barat, Macan Tutul masih dapat dijumpai di beberapa kawasan: Taman Nasional Gunung Halimun-Salak; Taman Nasional Gunung Gede Pangrango; Cagar Alam Leuweung Sancang; gunung Patuha, Ciwidey; Cagar Alam Gunung Simpang, Cianjur; Cagar Alam Gunung Tilu, Cianjur; dan beberapa daerah lain yang tersebar di provinsi Jawa Barat.
Persebarannya tergantung pada ketersediaan sumber makanan, hewan ini biasa melakukan penandaan wilayah kekuasaannya dengan mengeluarkan urine dan membuat cakaran pada pohon.
Macan Tutul hidup di hutan-hutan yang masih alami atau padang rumput. Keberadaan Macan Tutul sangat dipengaruhi jumlah makan-an dan kondisi alam untuk kamuflase dalam berburu atau melindungi diri.

Makanan
Sebagai hewan karnivora Macan Tutul memakan berbagai jenis binatang antara lain babi, rusa, kera, tikus, reptil, burung, ikan dan berbagai binatang lainnya.
Perkembangbiakan
Anak Macan Tutul lahir dengan jumlah 2-3 ekor, anak macan akan membuka matanya dalam waktu 10 hari setelah dilahirkan dan selama 3 bulan, anak Macan Tutul akan mengikuti induknya untuk berburu. Macan Tutul betina cenderung untuk memelihara anaknya, betina yang sedang hamil akan mencari gua, celah di antara batu, semak belukar, atau rongga sebagai tempat untuk melahirkan dan merawat anaknya. Macan Tutul jantan juga ikut membantu pasangannya pada masa berkembang biak, salah satunya adalah dengan membawakan hasil buruan induk jantan untuk makanan anak dan induk betina.

KEPIK DAN KUMBANG CANTIK

Kumbang koksi adalah salah satu hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka mudah dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di negara-negara Barat, hewan ini dikenal dengan nama ladybird atau ladybug. Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera). Serangga ini dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya memangsa serangga-serangga hama seperti kutu daun. Walaupun demikian, ada beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman.

NAMA ILMIAH Kumbang Koksi yang orang awam sering menyebutnya Kepik:
Kerajaan: Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Coccinellidae

Latreille, 1807

Subfamili
Chilocorinae
Coccidulinae
Coccinellinae
Epilachninae
Scymininae
Sticholotidinae


NAMA ILMIAH Kepik:

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera

Linnaeus, 1758
Subordo
Auchenorrhyncha
Coleorrhyncha
Heteroptera
Sternorrhyncha


A.HEMIPTERA
Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk jaringan dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya. Hemiptera sendiri adalah omnivora yang berarti mereka mengonsumsi hampir segala jenis makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian, serangga lain, hingga hewan-hewan kecil seperti ikan.
Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong.

Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa membuahi telurnya dan berkembang biak, namun kutu daun atau afid yang juga merupakan anggota Hemiptera bisa melakukan partenogenesis (melahirkan tanpa kawin) sehingga mereka tetap bisa berkembang biak tanpa harus kawin lebih dulu.

Hemiptera tersebar di seluruh dunia, kecuali di daerah-daerah yang terlampau dingin seperti wilayah kutub. Cara hidup mereka yang beragam membuat persebaran mereka begitu luas. Beberapa anggota Hemiptera seperti walang sangit dan tonggeret hidup pada tanaman dan menghisap sarinya. Kepik pembunuh juga hidup di antara tanaman, namun mereka memburu hewan-hewan kecil. Sebagian kecil dari Hemiptera seperti kutu busuk diketahui hidup sebagai parasit dan menghisap darah hewan yang lebih besar. Anggota Hemiptera lainnya juga diketahui hidup di air, misalnya anggang-anggang dan kepik air raksasa. Salah satu anggang-anggang dari genus Halobes bahkan diketahui hidup di air asin.

Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna.

B.COLEOPTERA (Kumbang Koksi)



Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.

Kumbang koksi adalah salah satu hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka mudah dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di negara-negara Barat, hewan ini dikenal dengan nama ladybird atau ladybug.Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera). Serangga ini dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya memangsa serangga-serangga hama seperti kutu daun. Walaupun demikian, ada beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman.

Kumbang ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah tempat hidup tanaman yang menyediakan makanannya.Di dunia ini kurang lebih ada sekitar 5.000 spesies dan yang terbesar panjang tubuhnya mencapai hampir 1 cm.

Hewan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1}. Dia memiliki ukuran 1 sampai 10 mm.
2}. Berbentuk seperti belahan bola.
3}. Berwarna merah dan juga ada yang berwarna coklat bahkan kuning keemasan.
4}. Tubuhnya bergaris dan berbintik-bintik.
5}. Kepik yang dewasa makanannya adalah kutu daun.

Bisanya kepik banyak dijumpai di areal persawahan, lebih tepatnya di pohon kakungan. Pohon kakungan memang banyak dihinggapi kutu daun berwarna putih. Cairan dari tubuh kutu inilah yang menjadi sumber makanan kepik.

Kumbang koksi memiliki penampilan yang cukup khas sehingga mudah dibedakan dari serangga lainnya. Tubuhnya berbentuk nyaris bundar dengan sepasang sayap keras di punggungnya. Sayap keras di punggungnya berwarna-warni, namun umumnya berwarna mencolok ditambah dengan pola seperti totol-totol.Sayap keras yang berwarna-warni itu sebenarnya adalah sayap elitra atau sayap depannya. Sayap belakangnya berwarna transparan dan biasanya dilipat di bawah sayap depan jika sedang tidak dipakai. Saat terbang, ia mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara sayap depannya yang kaku tidak bisa mengepak dan direntangkan untuk menambah daya angkat. Sayap depannya yang keras juga bisa berfungsi seperti perisai pelindung.


Anatomi

Kumbang koksi memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantunya saat makan hewan-hewan kecil seperti kutu daun. Di kakinya terdapat rambut-rambut halus berukuran mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan mikroskop) yang ujungnya seperti sendok. Rambut ini menghasilkan bahan berminyak yang lengket sehingga kepik bisa berjalan dan menempel di tempat-tempat sulit seperti di kaca atau di langit-langit.

Makanan
Mayoritas dari kepik adalah karnivora yang memakan hewan-hewan kecil penghisap tanaman semisal kutu daun (afid). Larva dan kepik dewasa dari spesies yang sama biasanya memakan makanan yang sama. Kepik makan dengan cara menghisap cairan tubuh mangsanya. Di kepalanya terdapat sepasang rahang bawah (mandibula) untuk membantunya memegang mangsa saat makan. Ia lalu menusuk tubuh mangsanya dengan tabung khusus di mulutnya untuk menyuntikkan enzim pencerna ke tubuh mangsanya, lalu menghisap jaringan tubuh mangsanya yang sudah berbentuk cair. Seekor kepik diketahui bisa menghabiskan 1.000 ekor kutu daun sepanjang hidupnya.

Beberapa jenis kepik semisal kepik Jepang dan kepik dari spesies Epilachna admirabilis diketahui sebagai herbivora karena memakan daun. Kepik tersebut biasanya meninggalkan jejak yang khas pada daun bekas makanannya karena mereka tidak memakan urat daunnya.

Hibernasi
Seperti kebanyakan serangga dan hewan, kepik koksi di wilayah empat musim juga melakukan hibernasi (tidur panjang di musim dingin). Kepik koksi biasanya berkumpul dalam jumlah besar di tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit batang, atau timbunan daun saat berhibernasi. Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan dengan memanfaatkan persediaan makanan di tubuhnya.

Pertahanan Diri
Hewan-hewan yang memangsa kepik umumnya adalah hewan-hewan pemangsa serangga seperti burung dan laba-laba. Kepik memiliki cara unik dalam mempertahankan diri. Bila merasa terancam bahaya, ia akan berpura-pura mati dengan cara membalikkan tubuhnya dan menarik kakinya ke dalam. Sebagai mekanisme perlindungan lebih lanjut, ia akan mengeluarkan cairan berwarna kuning dari persendian kakinya. Cairan ini memiliki bau dan rasa yang tidak enak sehingga jika berhasil, pemangsanya tidak jadi memakannya karena tidak tahan dengan cairan tersebut.

Reproduksi dan Daur Hidup

Kepik melakukan perkawinan agar bisa berkembang biak. Kadang-kadang ada 2 kepik yang memiliki corak warna berbeda, namun tetap bisa melakukan perkawinan dan berkembang biak secara normal karena masih berasal dari spesies yang sama. Kepik betina dari jenis kepik karnivora selanjutnya memilih tempat yang banyak dihuni oleh serangga makananannya agar begitu menetas, larva itu mendapat persediaan makanan melimpah. Pada kepik pemakan daun, betina yang baru bertelur di suatu tanaman akan meninggalkan pola gigitan pada daun agar tidak ada betina lain yang bertelur di tanaman yang sama. Di wilayah empat musim, jika kepik betina tidak berhasil menemukan tanaman yang cocok hingga menjelang musim dingin, maka kepik betina akan menunda pelepasan telurnya hingga musim dingin usai.

Kepik sebagai anggota dari ordo Coleoptera (kumbang) mengalami metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Telur kepik berbentuk lonjong dan berwarna kuning. Telur-telur ini biasanya menetas sekitar seminggu setelah pertama kali dikeluarkan. Larva kepik umumnya memiliki penampilan bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup dengan makan sesuai makanan induknya dan ketika mereka bertumbuh semakin besar, mereka melakukan pergantian kulit.

Larva yang sudah sampai hingga ukuran tertentu kemudian akan berhenti makan dan memasuki fase kepompong pada usia dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini biasanya menempel pada benda-benda seperti daun atau ranting dan berwarna kuning dan hitam. Kepik dewasa selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah sekitar satu minggu. Sayap depan kepik yang baru keluar masih rapuh dan berwarna kuning pucat sehingga ia akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan sayapnya sebelum mulai berakivitas.

Interaksi dengan Manusia

Kepik memiliki sejarah hubungan yang cukup baik dengan manusia. Banyak orang suka menangkap dan mengoleksi mereka karena tertarik akan motif dan corak sayapnya yang beraneka ragam. Kepik di beberapa negara juga dianggap sebagai hewan yang membawa keberuntungan. Di Jerman misalnya, jika ada kepik yang terbang memasuki rumah, maka keluarga yang tinggal di dalam rumah itu dipercaya akan menjadi kaya raya.

Pembasmi Hama

Epilachna admirabilis, spesies kepik pemakan daun

Kepik juga dikenal sebagai salah satu pembasmi hama ramah lingkungan. Sekitar abad ke-19, perkebunan buah di wilayah Asia dan Amerika Serikat diserang oleh hama serangga yang dikenal sebagai sisik bantal kapuk (Icerya purchasi) dan sempat menyebabkan kerugian besar. Hama itu sebenarnya adalah sejenis kutu daun yang hidup dengan menghisap sari tanaman dan membentuk semacam lapisan bersisik di sekitarnya untuk melindungi dirinya. Hewan itu terbawa tanpa sengaja dari Australia hingga sampai di wilayah perkebunan di benua lain.

Para ahli selanjutnya mencari cara untuk membasmi hama itu. Mereka akhirnya menemukan bahwa di habitat aslinya di Australia, sisik bantal kapuk memiliki pemangsa alamiah kepik Vedalia cardinalis. Kepik itu lalu dibawa ke perkebunan buah yang diserang oleh hama sisik bantal kapuk pada tahun 1888 dan dalam waktu dua tahun, cara itu telah berhasil menekan populasi serangga hama tersebut. Kepik ini pun selanjutnya menjadi salah satu contoh keberhasilan pengendalian hama dengan memanfaatkan perilakunya dalam rantai makanan (bioinsektisida).

Pemakan Tanaman
Tidak semua kepik membawa manfaat bagi manusia. Beberapa spesies kepik semisal Epilachna admirabilis diketahui memakan daun tanaman budidaya semisal daun terong sehingga merusak tanaman dan dalam hal ini merugikan petani.

Berbagai Spesies Flora dan Fauna Unik Ditemukan di Kalimantan

Kalimantan adalah salah satu pulau terluas di dunia. Nah, saking luasnya sehingga ilmuwan hingga kini masih sering menemukan ratusan spesies flora dan fauna baru setiap bulannya. Dari mulai yang biasa-biasa saja hingga yang unik semuanya ada.
Berikut ini adalah beberapa flora dan fauna unik Kalimantan yang ditemukan para ilmuwan beberapa bulan yang lalu.
Barbourula Kalimantanensis
Diakui oleh para ilmuwan sebagai kodok tidak berparu-paru pertama di dunia. hewan yang langka ini bernapas seluruhnya melalui kulit. Tanpa paru-paru memungkinkan hewan ini untuk memiliki bentuk yang lebih aerodinamik untuk membantunya bermanuver di sungai-sungai Kalimantan yang deras.
Dendrelaphis Kopsteini
Disebut juga Kopstein’s bronzeback adalah ular yang bisa tumbuh hingga 1,5 meter. Hewan ini memiliki warna terang dengan campuran biru, hijau dan coklat. walaupun tampak menarik namum ular ini memiliki gigitan yang menyakitkan.
Dendrobium Lohokii
Anggrek cantik ini dapat tumbuh setinggi 1 meter dan memiliki lebar bunga 2 – 3 cm.
Eirmotus Insignis
Ikan ini sepanjang 1,5 inchi ini memiliki gerakan yang lambat dan lembut, merupakan salah satu jenis ikan dari 17 ikan baru yang ditemukan di kalimantan.
Eulichas villosa
Salah satu kumbang unik dari daratan Kalimantan, belum banyak diketahui tentang kumbang ini.
Ibycus Rachelae
Siput ini adalah yang paling unik dari seluruh penemuan terbaru. Selain warnanya yang hijau kekuning-kuningan, siput ini juga memiliki ekor yang panjang. Saat masa perkawinannya hewan ini menembakkan sejenis “panah cinta” kepada pasangannya.
Macrobrachium Kelianense
Udang spesies baru ini memiliki panjang 1 cm.
Rhacophorus Penanorum
Kodok ini bisa melompak dari satu dahan ke dahan lainnya. Bukan itu saja keunikannya, kodok ini pada pagi hari berubah warna menjadi coklat.
Thrixspermum Erythrolomum
Adalah salah satu dari 37 anggrek unik baru yang ditemukan di Kalimantan.
Spectacled Flowerpecker
Burung abu-abu ini untuk sementara belum diberi nama ilmiah karena masih dalam tahap penelitian.
Sudah banyak ciptaan Allah yang mengagumkan lainnya yang ditemukan, masih pantaskah kita ingkar kepada Allah Yang Maha Pencipta?

3 Flora dan Fauna Langka Dari Indonesia



Fauna dan Flora Terlangka Didunia :

Bunga Bangkai (rafflesia arnoldi)
Ditemukan oleh rombongan Sir Stamfort (gubernur East Indi Company di Sumatera dan Jawa) dan Dr. Joseph Arnord, seorang naturalis yang mengadakan ekspedisi di Bengkulu pada tanggal 20 Mei 1818. Kedua nama tersebut diabadikan menjadi nama latin bungan ini oleh Robert Brown.
Indonesia dilimpahi dengan kekayaan hayati yang tiada taranya. Hutan yang terbentang di belasan ribu pulau mengandung berbagai jenis flora dan fauna, yang kadang tidak dapat dijumpai di bagian bumi lainnya dan merupakan salah satu negara Mega Biodiversity (kekayaan akan keanekaragaman hayati ekosistem, sumberdaya genetika, dan spesies yang sangat berlimpah). Tidak kurang dari 47 jenis ekosistem alam yang khas sampai jumlah spesies tumbuhan berbunga yang sudah diketahui, sebanyak 11 % atau sekitar 30.000 jenis dari seluruh tumbuhan berbunga di dunia. Sayangnya, banyak jenis tumbuhan tertentu, mengalami kepunahan.
Sampai saat ini, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta tiga cabangnya (Kebun Raya Cibodas,Purwodadi, dan Bedugul Bali) baru mengoleksi 20 % total jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Koleksi anggrek kurang dari 5 % yang ada di Kawasan Timur Indonesia. Untuk jenis durian saja, Indonesia memiliki puluhan jenis, talas ada 700-an jenis, yang semuanya sangat potensial untuk dikembangkan. Menurut data base yang ada, terdapat 2 juta spesies tumbuhan di dunia dan 60%nya ada di Indonesia. Pemerintah kini terus berupaya untuk menyelamatkan berbagai kekayaan Sumbar Daya Alam berupa tumbuhan langka yang bermanfaat bagi manusia melalui usaha memperbanyak kebun raya, taman nasional, cagar alam dan daerah-daerah konservasi di seluruh Indonesia.
Tidak bisa dibayangkan banyaknya jenis tumbuh-tumbuhan atau flora di dunia ini. Sampai saat inipun banyak kalangan ilmuwan yang berpendapat bahwa belum semua jenis flora yang ada di bumi telah dikenali.
Seperti halnya hewan, jenis-jenis flora sangat ditentukan oleh lingkungan spesifiknya yang disebut juga sebagai habitat. Dengan bantuan manusia, beberapa diantara tumbuh-tumbuhan ini tersebar luas ke berbagai belahan bumi, sehingga ada jenis yang bisa ditemui di banyak negara, dan adapula yang hanya dapat ditemui di habitat asalnya.
Kerusakan lingkungan yang terjadi telah menghancurkan banyak habitat-habitat tumbuhan yang menyebabkan punahnya jenis-jenis tumbuhan tertentu, sehingga turut mempengaruhi kehidupan hewan dan penduduk yang tinggal diatasnya.


ELANG LAUT PUNGGUNG HITAM (Thalassarche melanophrys)
Malang benar nasib elang laut punggung hitam. Populasinya terus menyusut karena terjaring secara tak sengaja oleh mata pancing nelayan. Ia pun sering ditemukan mati akibat pemakaian pukat penangkap ikan.
Pada tahun 2002 populasinya tinggal 3 juta ekor. Sejak itu, ia mulai masuk dalam kategori hewan yang dilindungi. Selang setahun, elang laut punggug hitam sudah teridentifikasi sebagai binatang yang hampir punah. Sebanyak 21 spesies elang laut lainnya juga hidup dalam ancaman kepunahan.
Elang laut punggung hitam mengandalkan binatang air berkulit keras seperti kepiting dan udang sebagai pengisi perut. Ia juga menyukai ikan dan cumi-cumi. Kalau sedang sulit mencari mangsa, bangkai dan sampah pun disantapnya.
Binatang ini biasa membuat sarang di lereng-lereng yang curam. Sesekali, daratan datar di tepian pantai juga dijadikannya sebagai rumah. Ia hidup secara berkoloni. Seluruh tempat bermukimnya telah dijadikan sebagai area yang dilindungi. Ini dilakukan agar perkembangbiakan elang laut ini tetap terjaga. Langkah itu sangat penting mengingat perkembangbiakan burung ini cenderung menurun.
Burung bertubuh putih dan bersayap hitam ini paling banyak ditemui di Kep. Falkland, Malvinas. Kep. Campbell, Antipodes, dan Snares (Selandia Baru) juga merupakan sarang elang laut punggung hitam. Selain itu, Islas Diego Ramirez (Chili), Georgia Selatan, dan selatan Kep. Sandwich, Kep. Crozet dan Kerguelen, Kep. Heard dan McDonald, serta Kep. Macquarie (Australia).
Untuk menjaga elang laut punggung hitam dari kepunahan, organisasi konservasi BirdLife International membuat kampanye penyelamatan. Para nelayan dihimbau untuk menerapkan cara pemancingan dan penangkapan ikan yang lebih bersahabat dengan elang laut. Salah satunya ialah dengan menghindari pemakaian pukat.


JALAK BALI (Lencopsar rothcshildi)
Dulu, alam indah Pulau Bali adalah surga bagi Jalak Bali. Di sinilah tempat mereka terbang bebas mencari makan dan bersarang. Sebab, Jalak Bali tidak mengenal daerah lain sebagai tempat tinggal.
Sayangnya, belakangan hutan dan savana Bali tidak lagi aman untuk tempat bernaung bagi burung yang pernah menjadi maskot Provinsi Bali ini. Pembukaan lahan untuk ladang dan pertanian membuat pohon sulit ditemui. Padahal, Jalak Bali tidak bisa beradaptasi bersarang di tempat lain, selain lubang bekas sarang burung pelatuk. Di samping itu, perburuan yang tidak terkendali, pemasangan jebakan, dan penembakan liar terus mendera Jalak Bali. Binatang pemakan serangga dan buah ini pun terancam punah.
Di tahun 2001, menurut laporan access Bali online, hanya ada tujuh ekor burung Jalak Bali yang hidup bebas di Taman Nasional Bali Barat. Sementara itu, 230 ekor lainnya hidup di dalam kandang pembiakan di Amerika Utara. Inggris malah berhasil memelihara 520 ekor Jalak Bali.
Jalak Bali termasuk burung yang paling diminati di pasar gelap. Ketiadaannya di alam bebas membuat harga burung yang dikenal dengan nama Bali Starling ini melonjak tinggi. Kabarnya, seekor Jalak Bali dihargai tidak kurang dari Rp. 15 juta. Kendati sudah ada hukum yang menjerat pelaku perburuan Jalak Bali, burung ini tetap saja berada dalam kondisi yang terancam.
Sebetulnya, menurut para pecinta burung, Jalak Bali tidak terlalu spesial. Mereka mengaku keindahan burung ini tidak tercermin dari suaranya. Bulunyalah yang menjadi daya tarik Jalak Bali.
Burung ini berbadan putih. Sementara itu, ujung sayapnya dihiasi warna hitam. Di pipinya, terdapat pola berwarna biru membingkai matanya. Burung ini biasa bersarang berpasangan. Pada zaman dahulu, dalam satu kawanan biasanya terdapat 30 sampai 60 burung.

5 Binatang Langka Terunik di Dunia yang ada di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hewani. Begitu banyak satwa asli Indonesia, bahkan mungkin kita pun tidak mengenal mereka satu persatu karena ragamnya yang begitu banyak. Dibawah ini adalah 5 binatang langka Indonesia yang mungkin anda belum pernah lihat.
1. Paradise birdwing (Ornithoptera Paradisea)
Paradise BirdwingKupu kupu langka dan indah ini hidup di Irian Jaya. Keindahannya membuatnya diburu oleh kolektor, 1 ekor kupu kupu ini bisa dihargai 4 juta rupiah. Seperti kebanyakan kupu-kupu, Paradise birdwing jantan memiliki warna yang jauh lebih indah dari betinanya yang hanya berwarna coklat. Panjang kupu kupu ini dari sayap ke sayap adalah 14 – 19 cm.


2. Tarsius kerdil (Tarsius Pumilus)
TarsiusTarsius adalah monyet terkecil di dunia, ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, oleh Sharon Gursky-Doyen dari antropologi Texas A&M University, AS. Sebelumnya tarsius kerdil ini terlihat 80 tahun sebelumnya, dan baru terlihat 4 kali. Sayangnya monyet langka ini meninggal saat tak sengaja tertangkap dalam jerat tikus yang dipasang.


3. Sunfish (Mola Mola)
Mola MolaIkan mola mola atau ikan matahari adalah ikan bertulang terberat di dunia, dengan berat dewasa sekitar 2 Ton dan panjang mencapai 3 m. Bentuknya yang bulat seperti matahari membuatnya dijuluki sunfish atau ikan matahari. Penyelam di bali sering kali mendapat kesempatan untuk melihat ikan ini. Ikan mola mola ini dikonsumsi oleh orang Jepang dan Taiwan.
4. Orchid Mantis(Hymenopus Coronatus)
Bentuknya yang sangat indah, kombinasi warna pink dan putih menyerupai bunga anggrek, belalang sembah Anggrek ini ternyata asli dari Sumatra namun juga ditemukan di Malaysia. Belalang jantan panjangnya hanyalah 3cm, setengah dari belalang betina yaitu 6cm.
Makanan utama belalang sembah adalah lalat, dan serangga lainnya. Sayangnya belalang ini sulit ditemukan karena ukurannya yang kecil dan keberadaannya yang sudah mulai jarang, selain itu kolektor juga gemar mengkoleksinya karena bentuknya yang sangat indah.
5. Proboscis Monkey (Nasalis Larvatus)
Salah satu lagi fauna Indonesia / Malaysia yang kini juga mulai jarang. Di Indonesia, monyet ini lebih dikenal sebagai Bekantan , dapat ditemui di Kalimantan. Hidungnya yang panjang adalah salah satu keunikan monyet ini, namun ternyata hanya bekantan jantan lah yang memiliki hidung panjang.
Bekantan hidup di hutan bakau, dan seperti layaknya monyet lainnya makanan kesukaan bekantan adalah buah, biji bijian dan juga daun. Saat ini, hanya tersisa 1000 ekor bekantan, menurun jauh dari 6700 di 1977. Hewan ini dilindungi di Taman Nasional Tanjung Puting.