Penulis saat ini memelihara Musang Pandan satu ekor, yang sebetulnya tidak ada rencana untuk memelihara karena lebih suka kalau dia bebas berkeliaran di alamnya. Penulis akhirnya memutuskan memelihara karena pertimbangan daripada Musangnya mati dibunuh lebih baik dipelihara dan siapa tahu bisa di breeding, kemudian di lepas liarkan. Musang yang penulis piara ini berasal dari tangkapan seorang temen yang merpatinya sering mati terpenggal kepalanya dan tentu saja tersangkanya si Musang, karena modusnya memang begitu.
Di beberapa daerah di Indonesia, hewan ini dikenal dengan beberapa nama seperti Musang (Betawi), Careuh (Sunda), dan Luwak atau Luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini disebut Common Palm Civet, Mentawai Palm Civet, Common Musang, House Musang atau Toddy Cat.
Dalam bahasa ilmiah Musang Pandan disebut Paradoxurus hermaphroditus. Nama ini berasal dari fakta bahwa Luwak memiliki semacam bau yang berasal dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan.
Musang saat ini walaupun belum punah, tetapi habitatnya sudah mulai sulit ditemukan, selain karena reputasinya yang jelek sebagai pencuri juga karena pembangunan yang tidak mendukung untuk tempat berkembangnya Musang. Terkadang namanya pun banyak disematkan pada peribahasa-peribahasa yang bermakna kurang baik.
Di perkotaan tempat yang bisa dipakai untuk bersarang Musang masih banyak di jumpai seperti di atas plafon rumah atau kantor, tetapi daerah untuk mencari sumber makanan yang agak sulit ditemukan oleh Musang, karena sedikitnya pohon buah-buahan yang boleh diambil gratis oleh Musang. Mungkin karena tidak tersedianya buah-buahan di pohon sebagai sumber makanannya, maka terpaksalah Musang makan kepala ayam, merpati peliharaan bahkan telur-telurnya. Inilah akhir dari sejarah petualangan si Musang karena diburu dan kemudian di bunuh tanpa ampun.
Padahal terdapat sisi baik dari Musang yang sering disebut Luwak kalau di Jawa (Paradoxurus hermaphrodites). Banyak yang mengenal Musang sebagai binatang yang pandai memilih biji kopi terbaik yang setelah dimakan dan dikeluarkan bersama tinjanya kemudian menjadi komoditas kopi pilihan yang sering disebut kopi luwak. Sebetulnya Musang tidak hanya memakan biji kopi saja, tetapi juga buah-buahan kecil yang lain seperti rambutan, alkautsar, sawo kecik dsb, yang kemudian biji dari buah-buahan tersebut akan tersebar dan dapat tumbuh menjadi pohon-pohon baru.
Nah kalau begitu Musang sangat berjasa membantu penghijauan, puji syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan makhluk dengan pencernaan yang sederhana sehingga biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya. Kebiasaan makan hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis sebagai pemencar biji yang baik.
Diskripsi, Ciri, dan Perilaku. Musang Pandan atau Common Palm Civet bertubuh sedang berukuran sekitar 50 cm dengan ekor panjang mencapai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh Luwak ditutupi bulu berwarna kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna kehitaman.
Sisi bagian atas berwarna abu-abu kecoklatan dengan variasi warna coklat merah tua. Muka kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang bersifat arboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah. Musang Pandan juga merupakan binatang nokturnal yang beraktifitas di malam hari.
Musang Pandan merupakan hewan omnivora. Makanan utamanya adalah buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga, pepaya, dan rambutan. Namun Luwak juga memakan telur, serangga, burung dan mamalia kecil.
Persebaran dan Konservasi. Musang Pandan atau Common Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus) tersebar luas mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, China, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.
Di Indonesia Musang Pandan tersebar secara alami mulai dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain itu juga telah diintoduksi ke Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan, dan di sekitar pemukiman manusia. Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus) dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 2.500 meter dpl.
Populasi dianggap masih banyak dan aman dari kepunahan. Karena itu, IUCN Redlist hanya memasukkannya dalam status konservasi Least Concern sejak 1996.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Viverridae; Genus: Paradoxurus; Spesies: Paradoxurus hermaphroditus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar